Kamu, saya, kita dan yang ada di sekitar, semuanya cuma titipan Allah. Begitu juga dengan harta.
Cobaan dan ujian bisa datang kapan pun, tanpa kita bisa minta dan tanpa bisa kita tolak.
Musibah bisa silih berganti datang, apalagi kalau bukan untuk makin menguatkan kita.
Senang dan bahagia, bisa datang untuk menghibur kita karena tidak ada duka yang abadi.
Semuanya, yang ada di dekat kita, akan ada datang silih berganti. Siang akan berganti malam, duka berganti suka, sesal berganti bahagia, dan seterusnya. Semua yang ada dalam hidup kita dan sudah menjadi suratan Takdir-Nya.
Artinya, di dunia ini memang tidak ada yang abadi. Hanya Allah yang abadi. Semuanya adalah titipan Allah. Segala yang kita miliki cepat atau lambat akan lepas dari genggaman. Cepat atau lambat juga, orang-orang yang dicintai, harta kekayaan dan segala yang kita miliki tiba-tiba akan berkurang bahkan hilang.
Ya, cuma titipan Allah. Seperti yang sehari-hari dialami si tukang parkir.
Di lahan parkir, berbagai merek mobil atau motor datang. Dari harganya mahal sampai yang murah. Dari mulus sampai yang kurang mulus. Dalam waktu sesaat, tukang parkir bisa menguasai puluhan atau ratusan kendaraan. Hanya beberapa saat saja dia menguasainya.
Setelah itu, saat sore tiba, dan saat malam datang. Semua kendaraan akan pergi dan diambil lagi oleh pemiliknya. Si tukang parkir tak punya apa-apa, sendiri lagi. Sepi tidak ada yang di punya. Karena semua hanyalah “titipan” semata.
Tapi hebatnya, si tukang parkir tidak pernah mengeluh. Tugasnya menjaga saat dia punya, dan membiarkan yang dijaganya itu pergi. Karena semua hanyalah titipan. Si tukang parkir tidak pernah berat hati saat kendaraan-kendaraan diambil kembali oleh pemiliknya. Dia tidak pernah menolak. Atau protes pada sang pemilik. Karena si tukang parkir sadar dan mengerti, semua kendaraan yang ada itu hanyalah titipan. Sekali lagi, hanya titipan.
Oleh karena itu, marilah kita bermuhasabah diri untuk mengerjakan hal-hal baik, yang dapat mempermudah segalanya di hari kemudian
.
.
.