Bismillaah
Anakku,
telah bungkuk pula punggungku. Bergemetar tanganku, karena badanku telah dimakan oleh usia dan digerogoti oleh penyakit.
Berdiri seharusnya dipapah,
dudukpun seharusnya dibopong,
sekalipun begitu cintaku kepadamu masih seperti dulu.
Masih seperti lautan yang tidak pernah kering. Masih seperti angin yang tidak pernah berhenti.
Wahai anakku!!
Aku hanya ingin melihat wajahmu, dan aku tidak menginginkan yang lain. Wahai anakku! Hatiku teriris, air mataku mengalir, sedangkan engkau sehat wal afiat.
Wahai anakku,
ibumu inilah sebenarnya pintu surga bagimu. Maka titilah jembatan itu menujunya, lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, pemaafan dan balas budi yang baik.
Semoga aku bertemu denganmu di sana dengan kasih sayang Allah ta’ala, sebagaimana dalam hadits:
“Orang tua adalah pintu surga yang di tengah. Sekiranya engkau mau, maka sia-siakanlah pintu itu atau jagalah!!” (HR. Ahmad)
Wahai anakku,
bertaqwalah kepada Allah pada ibumu, peganglah kakinya!! Sesungguhnya surga di kakinya.
Basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya, kencangkan tulang ringkihnya,
dan kokohkan badannya yang telah lapuk.Anakku, Setelah engkau membaca surat ini,terserah padamu! Apakah engkau sadar dan akan kembali atau engkau ingin merobeknya.
Wassalam
Ibumu.
Sumber”: Kutitip Surat Ini Untukmu’ karya Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah.
www.sunnahpeduliyatim.com
Instagram @peduli.yatim