Foto Peduli Yatim.

 

(Panjimas.com) – Sebuah ungkapan mengatakan bahwa wanita itu kunci peradaban dunia. Sebab dari rahimnyalah generasi – generasi dunia terlahir.

Maka, oleh karena itu proses perbaikan diri dan akhlak seorang wanita harus di benahi dari saat sekarang ini, karena ia merupakan hal yang paling mendesak. Jika proses itu tidak di perhatikan maka korbannya adalah generasi- generasi di masa mendatang.

“Al-ummu madrasahtu ula, iza a’dadtaha sya’ban thayyibal a’raq” Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik”. Generasi rabbanilah yang merupakan generasi terbaik.

Dalam sejarah dunia setelah zaman jahiliyah, Islam datang memuliakan kedudukan wanita.

Saat itu wanita muslimah memiliki kedudukan yang tinggi dalam islam dan punya  peran yang besar dalam kehidupan saat itu . Setiap wanita menjadi menjadi madrasah pertama dalam membangun masyarakat yang berperadaban. Yang berjalan di atas petunjuk Al-qur’an dan Sunnah Nabi.

Dengan berpegang pada kedua sumber islam ini maka setiap muslim dan muslimah akan dijauhkan dari kesesatan.

Dalam sabda Rasulullah,” Aku tinggalkan pada kalian dua perantara di mana kalian tidak akan tersesat selama berpegang dengan keduanya yaitu kitab Allah dan sunnahku, (diriwayatkan oleh imam Malik dalam al-muthawaththa’ kitab al-Qadar III).

Dan kita juga menyadari bahwa proses mencetak generasi rabbani tidak mudah. Menjadi madrasahtul ula tentu tidak dengan tangan kosong, tetapi harus ada bekal atau persiapan yang dimiliki oleh setiap wanita muslimah dalam menjalankan kapasitasnya sebagai madrasatul ula.

Lalu apa yang harus dipersiapkan?
Banyak yang harus dipersiapkan oleh wanita muslimah dalam mengemban amanahnya.

Salah satunya ialah wanita harus berpengetahuan Rabbani. Imam Sibawaih berpendapat bahwa rabbani mengandung arti orang yang tahu tentang Tuhannya dan setia manaati-Nya.
Al- Mubarrid berpendapat bahwa rabbani bermakna pemelihara, penguasa ilmu. Yang mengurus ilmu dan mengurus manusia yaitu mengajar, membina keshalihan dan bertanggungjawab tentang urusan manusia.

Yang dapat disimpulkan bahwa Sibawaih menisbatkan pada mengenal Tuhan dan menaati-Nya secara disiplin, sedangkan al- Mubarrid menisbatkannya yang memelihara ilmu dan mendidik manusia.

Allah subhanhu wata’ala berfirman:
“Akan tetapi (dia berkata): hendaklah kamu menjadi orang-orang yang rabbani dengan apa yang engkau senantiasa ajarkan dari Al-Kitab, dan dengan apa yang kamu tetap mempelajarinya,” (QS. Ali Imran[3]: 79)

Sebelum semuanya terlambat mari bersama berjuang untuk melakukan Tarbiyah diri. Mari bersama menyiapkan diri untuk mencetak generasi terbaik yang bervisi besar dalam memperjuangkan agama Islam.

Wanita adalah tiang negara, maka mari berjuang bersama untuk diri, keluarga,bangsa dan dunia. Bukan kita wanita muslimah siapa lagi yang akan mengambil peran mulai ini? Wallahua’lam. [RN]

Penulis, Awaliah Rizki Nur Fadhilah. S

Mahasiswi STIT HIDAYATULLAH BATAM

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *